Selasa, 30 Juni 2009

Turun Jabatan

Orang sekabupaten bingung berfikir siapa layak gantikan Bupati yang baru saja mereka kudeta karena kasus korupsi. Sudah tiga minggu daerah otonomi tingkat dua itu berjalan tanpa adanya struktur birokrasi yang jelas. Pemilihan bupati secara langsung oleh rakyat sudah hampir diselenggarakan. Namun masyarakat tak yakin dengan keberadaan kedua pasangan calon yang sudah terdaftar. Masyarakat hendak mencari pemimpin alternatif yang bisa diajukan untuk memulihkan kondisi. Lalu Mat Sastro. Dialah orang yang dianggap mampu. Seorang pemuka masyarakat; kiprahnya di kabupaten sangat nyata, memberi pengaruh positif. Masyarakat pasti menerima jika ia yang jadi bupati. Pertimbangan itu akhirnya membawa masyarakat berbondong menemui Mat Sastro. Mereka sampaikan maksud. Tanpa panjang bicara Mat Sastro menjawab “Sampean-sampean hendak menurunkan derajat saya?? Sampean-sampean tentu juga tahu bahwa kekuasaan tertinggi di negeri ini ada di tangan rakyat. Sementara jika harus jadi bupati berarti turun jabatan saya, tadinya penguasa tertinggi lalu jadi kacung. Tepatnya kacung rakyat. Saya terima sampean-sampean sebagai tamu. Tapi jika ingin memaksakan maksud itu, lebih baik pulanglah, maaf, saya tidak mau”. Mendengar itu mereka pun langsung pamit. Wajah mereka senyum, namun di hati mereka mengumpat-ngumpat sejadijadinya.

buletin sastra © 2008. Template by Dicas Blogger.

TOPO